Ade Sopyan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Sabtu, 04 April 2015

Harapan Besar Seorang Mahasiswa Penjual Donat

Tidak ada satupun manusia yang bisa menyangkal takdir yang telah di gariskan  oleh sang pencipta, bermewah mewahan impian setiap mahluk hidup. Tapi apa mau dikata takdir berkata lain terhadap kehiduapn seorang mahasiswa fakultas kelautan universitas maritim raja ali haji ini . Hidup merupakan sebuah tantangan bagi siapa yang menjalaninya.

Tak kenal lelah, putus asa, dan terus maju. Seperti pemuda yang bernama lengkap Abdul aris  pemuda dengan sosok tegas, perawakan yang tinggi, serta wajah sayunya lebih tua di banding usia sebenarnya.

            Keinginan mulia yang menjadikan dirinya begitu semangat menjalani kehidupan waupun keadaan ekonomi yang berkecukupan serta tekad yang kuat untuk merubah kehidupan yang lebih baik. Tidak ada hambatan , tidak ada halangan  untuk dirinya melanjutkan studinya. kehidupan ekonomi yang serba berkecukupan membuat dirinya harus memutar otak, agar bisa memenuhi kebutuhan kuliahnya.
          
          Dana beasiswa belum bisa mencukupi, mengingat biaya hidup seperti kos, makan, transportasi  tidak seimbang dengan dana yang dia terima. Walaupun seperti itu pemuda kelahiran cirebon ini selalu mengucap rasa syukur atas apa yang dia terima.

            Harapannya adalah bisa merubah nasib dan sukses, bisa sarjana tanpa membebani hidup kedua orang tuanya. Kuliah bukanlah rutinitas satu satunya, setiap hari selain kuliah dia berjualan kue untuk menambah uang saku.

  Rutinitas pembuatan kue donat, aris memulainya dari pukul 03 subuh hingga pukul 05 subuh  dengan fasilitas seadaanya tidak membuat dirinya berputus asa, serta tidak menghilangkan rasa enak dari donat yang dia buat. Donat- donat yang tersimpan rapi dan siap di jual.

         Sembari kuliah aris berjualan donat, satu harga donat dia jual seharga Rp. 1000,-. Walupun banyak yang mencibir, menghina, bahkan terkadang kawan sekelas dan kawan fakultas membuat mental dia jatuh, sosok tanggug jawab menghadapi perihnya hidup yang membuat dirinya bertahan. Tidak peduli orang berbicara apa tentang dirinya, dia selalu tersenyum karena perjuangan bagian dari hidupnya.

         walaupun hasil dari jualan donat tidak seberapa, tapi baginya itu adalah hasil keringat sendiri yang tidak akan  ternilai berharga dari apapun, motivasi  berjuaan donat karena ingin melatih diri supaya tidak bergatung pada orang lain dan kedua orang tua serta ingin mandiri secara ekonomi ungkapnya .

        Sosok kedua orangtua yang menjadi seribu semangat bagi dirinya, melihat kondisi keluarga yang sederhana tidak merubah tekad aris untuk tetap bersemangat serta berjuang demi hidup lebih baik , serta keinginan kuat untuk memberikan kado terindah kepada kedua orang tuannya yaitu dengan berfoto bersama keluarga di hari kelulusannya.

         Kuliah yang di selingi dengan berjualan donat tidak membuat sosok pemuda satu ini merasa bosan, walupun tidak di dampingi oleh keluarganya dan menjalani hidup sebatang kara di tanah perantauan. entah mengapa walupun jadwal kuliah berkecimbung dengan kegitan berjualan donat tidak menjadi penghambat bagi pemuda 22 tahun ini. karena selalu tersimpan di benaknya, untuk sekarang ini mencari uang dan tidak menyusahkan kedua orang tuanya, tidak seperti mudahnya  membalikan telapak tangan, sedikit demi sedikit uang yang di dapat dari hasil penjualan di kumpulkannya, dari situ lah aris bisa membeli kebutuhan kuliahnya seperti alat tulis dan sebaginya.

        Hatinya terkadang merasa ciut melihat kondisi untuk membahagiakan keluarganya kelak, hanya sebuah harapan besar, dia tetap berjuang keras, seta berusaha agar dia bisa membahagiakan kedua orang tuanya yaitu dengan pendidikan karena pendidikan merupakan perioritas baginya.


        Langkah niatnya selalu diiringi dengan doa dan harapan. Hidup selalu akan terus berjalan, tanpa seseorang itu menuggu. Hasil yang diperoleh tergantung bagaimana kita mendapatkannya ,Semangat dan kegigihan harus di landasi dengan tujuan dan kemauan yang kuat”, tambahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar